Senin, Februari 23, 2009

JUMLAH ISMIYYAH

JUMLAH ISMIYYAH

Pada BAB VII, secara nahwiyah kita akan mempelajari kaidah tentang Jumlah Ismiyyah dengan mubtada’ (isim ma’rifat) berupa dhamir munfashil (هُوَ/هِيَ) dan khabarnya berupa syibhul jumlah atau isim sifat.

Melihat topik pembahasan pada BAB VII, maka ada beberapa kaidah lain yang terlebih dahulu harus kita mengerti. Di antaranya adalah mengenai isim ma’rifat berupa dhamir munfashil, syibhul jumlah dan isim sifat.

Dhamir munfashil adalah salah satu jenis dari isim dhamir atau kata ganti, seperti yang dipelajari juga dalam pelajaran bahasa Indonesia, yang kalau dalam bahasa inggris disebut pronoun, contohnya : dia (baik laki-laki maupun perempuan).

Syibhul jumlah adalah rangkaian kata yang menyerupai jumlah (kalimat). Seperti pada kalimat “Buku itu di atas meja”. Di atas meja adalah syibhul jumlah atau rangkaian kata yang menyerupai jumlah (kalimat), yang sesungguhnya adalah bukan kalimat. (Lebih jelasnya bisa dilihat pada BAB VI)

Isim sifat adalah kata sifat, contoh : cantik (جميلة), bagus (جيد), besar (كبير) dan sebagainya.

Jumlah ismiyyah adalah jumlah (kalimat) yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Dan mubtada’ adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek). Sedangkan khobar adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan makna mubtada’ (Predikat).

Dalam BAB VII ini, jumlah ismiyyah yang mubtada’nya isim ma’rifat berupa dhamir munfashil (هُوَ/هِيَ), maka akan berlaku ketentuan :

- Isim mudzakkar akan menggunakan kata ganti (هُوَ), sedangkan isim yang muannats menggunakan kata ganti (هِيَ).

Contoh :

هَذَا فَصْلٌ, هُوَ فِى الْمَدْرَسَةِ

هَذِهِ إِدَارَةٌ, هِيَ أَمَامَ الْمَدْرَسَةِ

Dan khabar yang berupa isim sifat, harus mengikuti jenis mubtada’nya (mudzakkar/muannatsnya).

Contoh :

هَذَا كِتَابٌ, هُوَ ثَخِيْنٌ

هَذِهِ مُدَرِّسَةٌ, هِيَ نَشِيْطَةٌ

KHABAR MUQADDAM DAN MUBTADA’ MUAKHKHAR

Sebelum membahas tentang khabar muqaddam dan mubtada’ muakhkhar, ada baiknya kalau kita kembali melihat pelajaran BAB VII, karena ada keterkaitannya.

Pada BAB sebelumnya, yaitu BAB VII kita sudah mempelajari kaidah tentang Jumlah Ismiyyah. Dan jumlah ismiyyah adalah jumlah (kalimat) yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Artinya bahwa unsur pembentuk jumlah ismiyyah adalah mubtada dan khabar. Sehingga, dalam struktur jumlah ismiyyah mutlak terdapat mubtada’ dan khabarnya.

Kalau diperhatikan pada pelajaran BAB VII tentang jumlah ismiyyah, maka dapat kita temukan bahwa susunan jumlah ismiyyah terdiri dari mubtada’ berupa dhamir munfashil (isim ma’rifat) dan khabarnya berupa isim sifat dan syibhul jumlah.

Contoh :

· تِلْكَ مَكْتَبَةٌ, هِيَ واسعةٌ

· ذَلِكَ كِتَابٌ, هُوَ عَلَى الْمَكْتَبِ

· الْمَكْتَبَةُ, واسعةٌ

· الْكِتَابُ, عَلَى الْمَكْتَبِ

Contoh susunan jumlah (kalimat) di atas, kesemuanya adalah jumlah ismiyyah. Hanya saja kalimat pertama dan kalimat kedua berbeda pada khabarnya, di mana khabar pada kalimat pertama adalah berupa isim sifat, dan kalimat keduanya khabar berupa syibhul jumlah. Sedangkan هِيَ dan هُوَ adalah sama-sama mubtada’ berupa dhamir munfashil. Dan pada kalimat ketiga dan keempat mubtada’nya adalah isim ma’rifat berupa isim yang ada alif lamnya.

Apabila kita perhatikan, pada empat susunan contoh kalimat di atas, maka kita akan dapatkan bahwa mubtada’ terletak di awal kalimat sebelum khabar, karena pada prinsipnya memang mubtada adalah isim marfu’ yang terdapat di awal kalimat.

Namun, kita akan dapati perbedaan pada pembahasan mengenai khabar muqaddam dan mubtada’ muakhkhar. Di mana pada pembahasan ini mubtada terletak setelah khabar dan khabar terletak sebelum mubtada, oleh sebab itulah mubtada’ yang terletak di akhir atau setelah mubtada’disebut dengan mubtada’ muakhkhar (mubtada’ yang diakhirkan) dan khabar yang terletak sebelum mubtada disebut dengan khabar muqaddam (khabar yang didahulukan).

Contoh :

· الْكِتَابُ, عَلَى الْمَكْتَبِ

Menjadi

· عَلَى الْمَكْتَبِ كِتَابٌ

Apabila kita perhatikan perubahan dua jumlah ismiyyah di atas, maka kita akan mendapatkan beberapa kesimpulan :

- Khabar yang dapat menjadi khabar muqaddam adalah berupa syibhul jumlah, tidak khabar yang berupa isim sifat.

- Pada perubahan mubtada muakhkhar, Alif Lam dihilangkan dan harakat menjadi tanwin (dhammatain/un).

Dan pada BAB VIII juga, akan dipelajari tentang kaidah pertanyaan, di mana pertanyaan dengan menggunakan kata Tanya (مَاذَا) yang berarti “apa” dapat menggunakan rumus :

مَاذَا + شِبْهُ الْجُمْلَةِ ) أَدَاةُ الْجَرِّ (

Contoh : مَاذَا فِى الْبَيْتِ ؟

Apa yang ada di rumah? Atau apa yang terdapat di dalam rumah?

فِى الْبَيْتِ غُرَفٌ

Di dalam rumah ada beberapa kamar, atau di rumah terdapat beberapa kamar.